Berkunjung Ke Masjid Sunan Giri Gresik - GriyaSantun.com : Rumah Santunku

Home Top Ad

Thursday, August 29, 2019

Berkunjung Ke Masjid Sunan Giri Gresik

 Beberapa waktu yang lalu, kami menghadiri acara pernikahan sepupu yang diselenggarakan di kota Gresik. Cuaca hari itu alhamdulillah mendukung, hawanya sedang dingin, dilengkapi dengan suasana pagi yang sedikit berkabut, juga mendung, membuat selama perjalanan terasa sejuk dan menyenangkan, meski pada beberapa jalan ada sedikit kemacetan, namun jumlahnya tidak banyak. Apalagi anak-anak terlihat sangat asyik menikmati perjalanan. Alhamdulillah, overall perjalanan lancar :)


Sekitar jam 10an, kami mampir di Masjid KH. Ahmad Dahlan yang ada di jalur antar kota Lamongan-Gresik.  Di sini juga sekaligus kami berganti baju yang sudah kami persiapkan untuk dikenakan ke acara pernikahan. Berkunjung kembali ke masjid ini rasanya senang sekali. Apalagi duo krucil yang baru pertama kali ini mampir, sebelumnya hanya tahu dari foto-foto dan cerita bunda saat berkunjung beberapa hari yang lalu.

~~~

Setelah menghadiri acara pernikahan, sambil perjalanan pulang, kami berencana mampir ke masjid Sunan Giri untuk melaksanakan sholat ashar, sekaligus mengajak anak-anak melihat salah satu sejarah islam di kota Gresik. Masjid Sunan Giri berada dalam satu area komplek dengan makam beliau dan keluarga.


SEKILAS SEJARAH SUNAN GIRI

Sunan Giri bernama asli Raden Paku, diperkirakan lahir di Blambangan tahun 1442 masehi, dari Syeh Maulana Ishag yang berasal dari daerah Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadi, Putri Raja Blambangan-Menak Sembuyu, sebagai hadiah karena berhasil menyembuhkan penyakit sang putri. Karena mendapat tugas menyebarkan agama islam, maka Syeh Maulana Ishak kemudian pergi ke negeri Pasai/Samudera Pasai (di daerah Aceh saat ini).

Sepeninggal Syeh Maulana Ishaq, Blambangan terkena musibah pageblug/wabah penyakit. Untuk menghilangkan wabah ini, atas saran dari Patih yang bernama Bajul Segoro, dilakukan upacara kurban, dengan Raden Paku yang masih bayi sebagai kurbannya untuk dibuang ke laut. Di balik ini, sebenarnya adalah trik politik Bajul Segoro, agar Raden Paku kelak tidak akan menjadi raja Kerajaan Bambangan.

Peti bayi Raden Paku yang ada di tengah laut kemudian ditemukan oleh awak kapal niaga milik Nyi Ageng Pinatih yang dipimpinan oleh Abu Hurairah. Raden Paku kemudian diangkat anak oleh Nyi Ageng Pinatih dan diberi nama Joko Samudro.

Setelah usianya dirasa cukup, Raden Paku dimasukkan ke Pesantren Ampeldenta yang dipimpin oleh Sunan Ampel (di daerah Surabaya saat ini). Setelah cukup menimba ilmu di Ampel, Raden Paku melanjutkan pendidikan ilmu tasawuf ke ulama besar saat itu, yang bernama Syeh Maulana Ishaq di negeri Pasai / Samudera Pasai, yang ternyata tak lain adalah ayah kandung Raden Paku sendiri.

Setelah 3 tahun menimba ilmu di Pasai, beliau diberi gelar Raden Ainul Yaqin dan ditugaskan meneruskan perjuangan Syeh Maulana Ishaq menyebarkan agama islam di Jawa. Raden Ainul Yaqin kemudian mendirikan pondok pesantren dan memilih Gresik sebagai pusat penyebarannya. Dalam waktu 1 tahun pondok pesantren itu telah memiliki banyak santri. Karena pesantren tersebut terletak di daerah bukit, atau dalam bahasa sanskerta disebut dengan giri yang berarti gunung, maka pesantren itu dikenal dengan pesantren Giri. Raden Ainul Yaqin kemudian dikenal dengan nama Sunan Giri.

Daerah Giri berkembang pesat dan menjadi kerajaan Giri Kedaton. Sunan Giri bergelar Prabu Satmoto. Kerajaan Giri merupakan salah satu daerah istimewa dari Kesultanan Demak saat itu.



SEJARAH MASJID AINUL YAQIN

Di komplek pesantren Sunan Giri yang ada di Bukit Kedaton, memiliki musholla yang dibangun tahun 1399 Saka / 1473 Masehi. Namun seiring semakin banyaknya jamaah, tahun 1407 Saka / 1481 Masehi dilakukan renovasi sehingga musholla yang ada menjadi masjid dengan kapasitas jamaah yang lebih banyak, bertepatan juga dengan diangkatnya Sunan Giri sebagai penasehat Sultan Demak, sekaligus ketua dari para wali, sehingga masjid tersebut menjadi masjid Jami'.

Setelah Sunan Giri wafat, masjid Jami' yang ada di Bukit Kedaton, dipindahkan ke Bukit Giri pada tahun 1544 Masehi atas prakarsa Nyi Ageng Kabunan (cucu Sunan Giri), karena banyaknya peziarah yang berdatangan ke Makam Sunan Giri, juga para pengikutnya yang berpindah tempat dan tinggal di sekitar Bukit Giri, agar lebih dekat ke makam Sang Sunan.



PINTU MASUK KE MASJID SUNAN GIRI

Masjid Besar Ainul Yakin Sunan Giri atau biasa disebut Masjid Sunan Giri, terletak di komplek makam Sunan Giri di Bukit Giri, Kelurahan Giri, kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik provinsi Jawa Timur.



Saat kami datang, parkiran cukup penuh, namun alhamdulillah kami masih mendapatkan tempat untuk memarkir kendaraan. Memang tempat parkir yang disediakan tidak terlalu luas, hanya bisa untuk motor dan mobil dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Bagi pengunjung yang menggunakan bis/bis wisata, dll, parkir bisnya terletak agak jauh, sekitar 1 km-an dari lokasi. Untuk mencapai lokasi bisa dilakukan dengan menggunakan kendaraan lain seperti ojek, ataupun angkutan umum yang ada.




Dari tempat parkir, ada 2 pintu masuk yang ada di kanan dan kiri tempat parkir. Untuk ke masjid Sunan Giri, akan lebih dekat jika masuk melalui pintu masuk sebelah kanan tempat parkir. Tinggal naik tangga terus lurus ke atas, maka akan langsung sampai ke masjidnya. Sedangkan untuk ke area makan Sunan Giri, akan lebih dekat jika masuk dari pintu sebelah kiri tempat parkir. Tinggal naik tangga lurus ke atas, maka akan langsung sampai ke area makam.

Tangga naik ke masjid sunan giri dari sebelah kanan tempat parkir (view dari atas)

Tangga naik ke masjid sunan giri dari sebelah kiri tempat parkir (view dari atas)


Karena letaknya yang ada di atas bukit, makanya disebut Giri, dalam bahasa Sanskerta artinya Bukit. Maka tak heran jika untuk mencapainya harus menaiki tangga berjumlah sekitar seratusan anak tangga. Sssttt... meski nenek adalah orang asli Gresik, namun bagi saya sendiri, ini juga merupakan pertama kalinya mampir di tempat ini :)

Ditengah tangga ada pagar/pegangan, sehingga tangga terbagi menjadi 2 jalan, 1 untuk naik, 1 lagi untuk turun. Di sebelah kanan-kiri tangga ada banyak rumah penduduk, sebagian dari mereka berjualan, diantaranya berjualan makanan, kerajinan, pakaian, souvenir Gresik, dll. Tangganya lumayan tinggi lho, sekitar 1 km-an!


--------<foto masjid Sunan Giri>

Di ujung pucuk tangga, nampak gerbang masjid Sunan Giri. Mendekati ujung tangga, di sebelah kiri ada lorong dimana sebelah kanan-kiri lorong banyak penjual baju, souvenir.  Lorong itu menuju lokasi makam Sunan Giri.

Gerbang Masjid Sunan Giri


Memasuki area masjid, setelah melewati gerbang, kita temui halaman yang cukup luas. Di sebelah kiri gerbang terdapat bagian utama masjid, yaitu untuk tempat sholat, di seberang gerbang ada tempat wudhu yang cukup luas dan bersih. Sedang di sebelah kanan gerbang merupakan bagian dari kantor pengelola masjid.




Untuk toilet, di sana ada banyak kamar kecil berbilik-bilik, sepertinya memang sengaja dibuat untuk mengantisipasi banyaknya pengunjung yang datang. Saat kemarin kami berkunjung ke sana, berbarengan dengan kami ada rombongan lain datang dengan bis-bis.



Bagian yang paling unik dan menarik menurut saya dari masjid ini, selain bangunannya yang nampak berbeda (saya tidak ikut masuk ke dalam masjid), di bagian depan masjid terdapat tempat wudhu dengan kolam air kecil/kecehan yang melengkapi. Kolam ini juga membuat suasana masjid lebih adem :)

Ada kolam kecil yg dangkal untuk mencuci kaki / kecehan


Untuk makam Sunan Giri, akan diceritakan di postingan terpisah ya :)
Semoga manfaat.

Salam,
Zakia




sumber pelengkap :
jatim.suara.com/read/2019/05/10/163000/melihat-tradisi-ramadan-di-masjid-sunan-giri-gresik
jatim.idntimes.com/travel/destination/ardiansyah-fajar/menyambangi-makam-sunan-giri-penyebar-islam-di-kota-pudak
bujangmasjid.blogspot.com/2017/07/masjid-besar-ainul-yaqin-sunan-giri.html
youtube.com/watch?v=GRhdyj0W6Uo

No comments:

Post a Comment